Lely's Cerpen

Okey friends ... sekarang waktunya kita mulai memposting apa yang ingin kita tuangkan ..
Tapi, enaknya apa dulu yach ??? hmm .. *berfikir ... gimana kalo kita mulai dari “original from my self” hasil karya Lely sendiri .. ?! wahh pasti asyikk thuu !! nah, sekarang Lely mau menuliskan cerpen ciptaan sendiri ... pasti penasaran kann ??!! *Ge-Er ... yaudah, yuks kita baca bersama sama !! ini diaa .... 
                            Alunan Pita Hijau            
Karya : Hoirotus Sya’baniyah Firliyanti
Ting Tong Ting Tong... Jam dinding berdentang tepat pada pukul 12 tengah malam. Segera Jessy terbangun dari tidurnya lalu berdiri depan cermin dan berkata, “ Selamat ulang tahun, Jessy!” . Ya ! hari ini tanggal 20 Oktober 2010 di mana sekarang usia Jessy genap 17 tahun. Segera Jessy menuju ruang tamu dan langsung memilih kado yang akan dia buka duluan. Suasana masih sunyi karena semua orang masih terlena dalam mimpinya masing-masing, hanya suara detak jam dinding yang menemani Jessy malam itu. Tiba-tiba terdengar sebuah alunan musik yang sangat indah dan asalnya dari....pintu depan!! Ya! Jessy pun langsung menuju ke sana dan didapatinya sebuah kado yang berhias pita hijau. Segera dipungutnya kado itu dan dibawa masuk ke kamar. Jessy seakan-akan terhipnotis oleh alunan itu dan melakukan apa yang ada di luar kesadarannya.
Keesokan harinya sebelum ke sekolah jessy menyempatkan diri untuk berziarah ke makam ayahnya. Di sana ia sempat menebar senyum kepada Pak Ujang si penjaga makam yang saat itu menyapa dirinya. Sesampainya di sekolah..” hey, Jess! Tunggu...”, panggil Irda dari belakang. Langkah Jessy terhenti dan ia menoleh ke belakang, “ Ada apa, Sob??” “Eh..ada kabar baru lho... Katanya hari ini sekolah kita akan kedatangan seorang peramal terkenal!” “Oohh.. biasa aja tuh beritanya.. Gak seru-seru amat..!”, ujar Jessy cuek. Tiba-tiba terdengar alunan indah  itu lagi. Di luar kesadarannya, Jessy langsung melotot kepada Irda dan segera berjalan ke kelas tanpa terdengar hentakan kakinya. Irda hanya bisa bingung melihat itu, ia berpikir Jessy hanya bercanda saja.
2  jam kemudian peramal yang diketahui bernama Pak Timo itu masuk ke kelas Jessy dan meramal setiap anak sambil bercanda, karena dia orangnya humoris dan sangat dekat dengan anak-anak. Tapi ketika sampai pada Jessy, muka Pak Timo kaget dan tampak tegang. Dia menatap kedua mata Jessy dalam-dalam, kemudian berkata, “ Kau terhipnotis alunan pita hijau, Jessy” “ Dari mana kau tahu namaku? Dan alunan pita hijau apa yang kau maksud??”, Jessy balik bertanya. “Pita hijau pada kado yang kau terima di hari ulang tahun mu, yang tak kau ketahui pengirimnya siapa. Alunan merdunya itulah yang  akan membawa mu ke dunia misteri di dalamnya. Karena ada seorang anak yang mengalami apa yang kau alami sekarang ini, tapi sayang dia gagal dan meninggal tanpa jelas apapun... aku hanya ingin mengingatkan, jika kau mendengar alunan itu segera tutup telinga mu. Jika kau tidak menutup telinga mu, aku tak tahu apa yang akan terjadi...” Jessy terdiam dan mencoba merenungkan, “ apa sihh yang dikatakan orang tadi, aku tidak mengerti. Tapi sebaiknya aku buktikan saja nanti...”
Sepulang sekolah, Jessy lansung ke kamar untuk melihat isi dari kado berpita hijau itu. Dan ternyata isinya....KOSONG!!!! “Apa..???” Tiba-tiba terdengar alunan musik yang memekakkan telinga, sangat parau dan menyesakkan hati. Jessy segera mengambil benda itu dan berusaha membuangnya. Tapi apa daya, alunan itu seakan-akan mematahkan usahanya , Jessy terjatuh dan pingsan. Gelaaappp.....
 Sesaat kemudian, Jessy tersadar. “Aduuhh..kepalaku.. Hah?! Ada di mana kau ini??”Jessy bingung dengan keadaan sekitarnya. “Akhirnya kamu sadar juga, Jessy” “Si..si..si..siapa kamu??” “Jangan takut Jessy, nama ku Pak Ujang, dan yang sedang duduk itu anakku, Bito. Tadi kami menemukanmu di pinggir jalan..”, jelasnya. “Pak Ujang? Bito? Ditemukan di jalan? Apa maksud semuanya??” “Sudahlah Jessy kamu tidak perlu memikirkan semua itu, untuk beberapa hari ini sebaiknya kamu tinggal di sini. Nanti kalau kamu sudah sembuh, kami akan mengantarkan mu pulang.. sekarang istirahatlah!”, kata Pak Ujang.  “Baiklah. Terima kasih, Pak” “Pak Ujang?? Sepertinya aku kenal nama dan wajah orang itu, tapi di mana ya?? Oh ya!! Dia kan penjaga makam ayah.. Tapi kenapa bisa begini??”, desah Jessy dalam hati.
Semakin hari keadaan Jessy semakin membaik dan ia pun juga semakin dekat dengan Bito. Suatu hari Jessy melihat sebuah foto keluarga di ruang tamu. Di situ ada Pak Ujang, Bito, dan seorang perempuan yang di kepalanya terdapat pita hijau. Persis dengna pita hijau yang dikenal Jessy. Tiba-tiba terdengar alunan musik, seperti alunan pita hijaunya. Dia pun segera berlari mencari Pak Ujang untuk meminta pertolongan. Tapi apa yang didapatinya, Pak Ujang dan Bito sedang memainkan biola yang merupakan asal dari alunan itu. “Ada apa, Jessy?”, tanya Pak Ujang. “A..a..a tidak. Aku hanya ingin bertanya tentang perempuan dan pita hijaunya ini..”, Jessy gugup.
Pak Ujang lalu berdiri, “ Dia adalah istriku yang telah lama meninggal dan itu adalah pita kesayangannya. Sekarang kau bermian biola saja sana. Biar aku yang mengembalikan foto ini”, Pak Ujang segera mengambil foto itu dan mengembalikannya. Jessy segera duduk di samping Bito. “Jessy, ingatlah! Sebaiknya dalam kehidupan di dunia ku ini, kau jangan pernah memilih dan memihak kepada siapapun. Karena mereka semua sama saja..” “Maksudmu apa, Bito?”, tanya Jessy sambil menatap wajah Bito yang pucat. “Kau akan mengerti sendiri nanti”
Sore menjelang petang, “Jessy...!”, panggil Pak Ujang. “Ya, Pak.” “Tolong kau temani Bito bermain ya! Sekarang malam Jumat, Bapak takut terjdi sesuatu pada Bito..” “Baiklah, Pak” Sebelum keluar Bito menyerahkan sebuah gunting kepada Jessy, “Jess, pegang ini!” lalu mereka pergi bermain. Saat hari sudah agak malam, “Bito, pulang yukk!! Sudah malam nihh..”, ajak Jessy. Bito tak menjawab, lalu ia sudah ada di depan Jessy, membelakanginya, dan berjalan pulang. Jessy hanya bisa mengikutinya dari belakang. Betapa terkejutnya Jessy, karena dilihatnya rumah Pak Ujang terbakar. Si jago merah dengan cepatnya melahap rumah sederhana itu dan Pak Ujang berdiri di depan rumah, membelakangi Jessy sambil memegang sesuatu......PITA HIJAU!!!
“Ya Allah!! Pak Ujang! Bito! Kenapa kalian diam saja??! Rumah kalian terbakar...!”, jerit Jessy. Pak Ujang dan Bito pun menoleh ke belakang. “Ya Allah! Siapa kalian???”, mata Jessy terbelalak melihat keadaan Pak Ujang dan Bito yang sangat mengenaskan. Kulitnya pucat pasi, wajahnya rusak, mata mereka merah seperti hampir keluar,baju mereka berlumuran darah dan Pak Ujang memegang pita hijau. “Hai Jessy! Apa kabar..?”, suara Pak Ujang parau.
“Jessy, apa kau mengenal pita hijau ini?? Pita hijau yang indah tapi mengerikan, karena dengan pita ini kau akan mati!! Ke sini Jessy... aku akan memasangkan pita ini di lehermu dan mengencangkannya agra kau terlihat cantik dan...MATII..!! Ha..ha..ha..” Pak Ujang dan Bito mendekatinya, “Tidaakk... pergi kalian! Aku tidak ingin mati.. pergi!!”, Jessy berjalan menjauh ke belakang, tapi sayng dia terjatuh dan tak bisa bergerak lagi. Sementara Pak Ujang sudah semakin dekat.
 “Hentikaann!!!”, teriak seorang perempuan. “Dia..dia..Dia perempuan yang ada di foto tadi! Dia istri Pak Ujang!” Keadaannya segar bugar dan terlihat seperti manusia biasa. “Jangan kau bunuh dia, Ujang! Dia bukan musuhmu. Biarkan dia ikut denganku... Ke sini Jessy, aku akan menyelamatkan mu...!”. Jessy segera berdiri dan berlari ke perempuan itu. “Mirna! Aku tak akan melepaskannya anak itu!!”, teriak Pak Ujang sembari mendekat yang seakan-akan memaksaku untuk ikut dengan Bu Mirna, tapi langkah ku seolah-olah tak bisa bergerak. Jessy menoleh kepada Bito dan Bito menggelengkan kepalanya. “Ayo lari! Jessy! Kita harus pergi! Jangan percaya pada mereka, mereka semua pembohong!”, perempuan itu menarik tangan Jessy dan  membawa langkah Jessy pergi sampai Pak Ujang dan Bito tak terlihat lagi.
Jessy dan permpuan itu terus berlari sampai esok harinya, tak ada satu katapun yang ia ucapkan. Terus begitu sampai waktu akan petang lagi. Sampai akhirnya mereka di tepi sebuah jurang dan berhenti. Di situ sudah ada seorang laki-laki dan membelakangi Jessy. “Sayang, kau sudah sampai..Dan aku bersama Jessy”, kata Bu Mirna kepada orang itu. “Oh ya??!”,jawab laki-laki itu.” Suara itu..sepertinya aku kenal..”, gumam Jessy dalam hati.  Laki-laki itu pun berbalik dan....PAK UJANG!! “Ha..ha..haa.. Akhirnya kau kembali lagi Jessy..” seketika itu Bu Mirna berubah. Keadaannya sama seperti Pak Ujang, berlumuran darah, mata mendelik, wajah hancur, dan rambutnya acak-acakan. Jessy tertunduk dan menangis, “Kau bilang tadi bahwa Pak Ujang dan Bito adalh pembohong, tapi nyatanya kau juga!!!” “Ha..ha..Jessy.. kami hanya akan menjadikan mu tumbal agar kami tetap seperti ini terus. Sama seperti anak yang telah kami bunuh setiap malam Jumat sebelumnya. Dan di dunianya, dia telah mati tanpa alasan yang jelas...”
 “Mana Bito??” “Anak itu tengah kami hukum karena dia sudah berusaha membantumu..! dan sekarang kau akan segera mati, Jessy!!!”. Pak Ujang dan Bu mirna mendekat siap untuk mencekik.“Tidaakkk...” Tiba-tiba terdengar suara, “Jessy! Rebut pita hijau itu dan potonglah dengan guntingmu..!!” “Terima kasih, Bito!” saat tangan mereka sudah dekat, segera Jessy merebut pita hijau itu dan memotongnya. “Aaaahhh... tidaaakk..!!! Jangan lakukan itu, Jessy!!!”, Pak Ujang dan istrinya mengerang kesakitan dan lenyapp... Jessy sekarang lega dan berbalik, ternyata  Bito di belakangnya. Dan Bito mendorong Jessy ke jurang. Aaaaa......!!!!!
“Jessy..Jessy..bangun, Nak! Sudah siang nih! Jangan mentang-mentang ini hari ultahmu kau bisa bangun siang..”, kata Bunda. “Hahh...?? Kenapa aku ada disini?” “Ooh..semalam kau tertidur di ruang tamu saat memilih hadiah. Jadi Kak Echa yang memindahkanmu ke sini..Ayo! kita kan mau berziarah ke makam ayah..! selamat ulang tahun ya, Nak..”, Bunda mengecup kening Jessy. “Jadi semua itu hanya mimpi.. Huft..”, Jessy melihat sekelilingnya untuk memastikan bahwa kado dengan pita hijau itu tidak ada.
Saat di makam, Jessy bertemu dengan Pak Kadir. “Hai, Jessy” “Hai, Pak. Bapak siapa?” “Kamu lupa? Saya kan penjaga makam ini sejak 6 bulan yang lalu..” “ Apa?! Tapi kemarin saya bertemu Pak Ujang, Pak!”, kata Jessy. “Ha..ha.. Pak Ujang kan 
sudah meninggal 2 tahun lalu, Jess..Dan saya yang 
menggantikannya”, jelas Pak Kadir. “Apa? 2 tahun lalu? 
Terus yang kemarin bertemu dengan ku...??”.
saat diperjalan pulang, Jessy menginjak sebuah kertas 
dan membacanya,  “Selamat ulang tahun, Jessy. By : Bito”
mata Jessy terbelalak, jantungnya berdetak kencang.
Dia masih belum percaya dengan semua ini. Kemudian
dia mendengar dari sebuah rumah, “Mama lihat!
Aku mendapat kado yang berhias pita hijau yang
cantik, Maa..!!” Langkah Jessy terhenti, dalam hati ia
berkata, “Semoga Bito masih mau membantu anak itu..”, Jessy
kemudian pulang. Entah bagaimana nasib anak itu....