Danau Hitam di Hati Nely



Nach .. yukz kita cerita lagi ! yeee ... J
Cerita kali ini juga “ original from my self “ ... semoga kalian terhibur yaaa ... J

DANAU  HITAM DI  HATI  NELY
Karya : HOIROTUS SYA’BANIYAH FIRLIYANTI
...Kriinggg...!!
..Gdubraakkk..!!
“Auuww! Punggungku...!!”, Nely merintih kesakitan setelah terjatuh dari tempat tidur, dan ini untuk yang ke-24 kalinya. Bunyi alarm yang telah mengacaukan mimpi  indahnya itu, membuat dia semakin jengkel. Tiba-tiba..Duuttt...,Ups! Nely mengeluarkan gas simpanannya. Tanpa basa basi lagi dia langsung ke kamar mandi karena ada urusan penting yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Setelah urusannya selesai, Nely langsung ke meja makan , di sana sudah ada Mbok Mirna. “Mbok, paman dan bibi ke mana?”. “Oh, barusan tuan dan nyonya keluar”, jawab Mbok Mirna. “Kelual  ke mana?”, tanyanya lagi. ”Katanya mau berziarah ke makam papa dan mama kamu, Nel.” Sejenak Nely terdiam, dia teringat kepada orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan bus, saat Nely berumur 2 tahun. Tanpa terasa air matanya jatuh berlinang di pipinya..dan..Sreett...ingusnya keluar juga. Selesai makan Nely langsung berangkat ke sekolah naik angkot. “Bang, SMPN 1 jalan Mawal  ya..” “Maksudnya jalan Mawar,Dik?” “Iya,Bang..!”, jawab Nely agak kesal.
Nely adalah seorang anak yatim piatu yang sekarang bersekolah di SMPN 1 Semarang. Ia tinggal bersama paman dan bibinya, serta Mbok Mirna yang mengasuhnya sejak kecil. Satu yang khas dari Nely, dia tidak bisa mengucapkan huruf “R” dan selalu berbalik ke huruf “L”. Sebenarnya dia bernama Siti Neri Maesaroh. Tapi kemudian dia mengubahnya menjadi Siti Nur Nely Maesaroh.
Akhirnya sampai juga...Di sekolahnya, Nely mempunyai musuh bebuyutan. Namanya Clara Nikmatus Imani’ah. Dan.. Deeggg!! Untuk kesekian kalinya Nely harus berpapasan dengan Clara. “Hmm..Ini pasti salah satu taktik pelangnya  yang  balu...”, gumam Nely. “Kali ini aku harus terlihat “WOW” di depan Nely!”, Clara tak mau kalah. Mereka pun saling membuang muka dan pergi.
Dulu Nely dan Clara adalah sahabat. Tapi persahabatan merka rusak karena persaingan meraih  prestasi. Pada waktu itu, Clara mendapat juara 1 Lomba Matematika Se-Provinsi. Dan sejak saat itulah Nely mulai merasa iri, dengki, dan benci kepada Clara. Ia pun memutuskan tali persahabatannya, karena beranggapan bahwa Clara telah mengkhianatinya.
Hingga pada suatu hari, Nely mendengar kabar bahwa Clara akan dikirim ke Jakarta mewakili sekolahnya dalam Lomba Sains. Mengetahui hal itu, makin panaslah hati Nely. “Apa??!! Clala akan dikilim ke Jakalta???” “CLARA!!!”, serentak teman-temannya menyorakinya, karena dia tidak bisa mengucapkan nama “CLARA” dengan benar. “Iihh..Apaan sich kalian?! Ini kan emang dali sono-nya!!”, balas Nely kesal. Semua temannya tertawa setelah mendengar kata “SONO-NYA!!”. Braakk..Nely mendobrak meja Clara. “Kamu itu jahat banget sich! Ngapain kamu mau ke Jakalta?? Yang  sehalusnya ke Jakalta itu aku! Bukan kamu!!” “Nel, maksud kamu itu apa? Aku ke Jakarta karena diutus sekolah! Lagi pula ya pastilah sekolah lebih memilih aku, daripada kamu!!!”, Clara pun langsung pergi. Tak sengaja air mata Nely jatuh lagi. “Sungguh tega kamu berbicara seperti itu, La..”, makin bertambahlah kebencian, kedengkian, dan sakit hati Nely.
Sepulang sekolah, Nely tidak langsung ke kamar melainkan masih duduk-duduk di ruang tamu. Mbok Mirna yang heran dengan sikap Nely langsung bertanya, ”Nel, kamu kenapa? Kok matamu sembab?” “Mbok Milna, Clala sebental  lagi akan dikilim ke Jakalta untuk mengikuti Lomba Sains mewakili sekolah..”, adu Nely. “Lho, itu kan bagus!” “Aduuh... Aku ili, Mbok!” “Nel, dalam bersaing kita harus sehat. Kalau kalah, ya mengaku kalah. Mungkin suatu saat nanti kamu bisa seperti Clara, atau bahkan bisa  jauh lebih baik!”, hibur Mbok Mirna lembut.
Nely pun langsung beranjak ke kamar, sebenarnya dia kesal karena Mbok Mirna tidak membelanya, tapi dia tidak tega untuk memarahi Mbok Mirna, karena Mbok Mirnalah yang telah merawatnya sejak orang tuanya meninggal. Karena lelah, Nely pun langsung tertidur. Ia bermimpi papa dan mamanya datang dan menasihatinya, “Nely anakku... Janganlah kamu perbanyak air dalam danau hitam di hatimu. Tapi kuraslah sampai habis dan kuburlah danau itu dalam-dalam!” Setelah mengucapkan kata-kata itu, papa dan mamanya menghilang. “Papa! Mama!”, Nely tersentak kaget. “Hmm...Telnyata hanya mimpi.”  Tapi dia masih memikirkan mimpi itu. “Danau hitam? Apa itu? Kenapa mama menyuluhku mengulas danau? Kan capek, Ma..Aah mungkin itu hanya bunga tidulku saja..”, kata Nely yakin. Tapi dugaannya salah, karena mimpi itu terulang sampai 3 kali. Karena resah, dia pun bercerita kepada Mbok Mirna.
“Apa ini ada hubungannya dengan Clala?”, duga Nely. “Ya mungkin, Nel. Mungkin danau hitam itu semua rasa benci, dengki, dan kemarahanmu pada Clara!” “Nggak, Mbok! Sudahlah gak usah dibahas lagi..Pokoknya aku gak salah! Kalau aku minta maaf, bagaimana halga dili ku nanti??!! Dan Clala yang halus minta maaf!!”, kata Nely sambil membanting majalah yang dia baca.. Keesokan harinya dia mendengar kabar tentang Clara lagi, tapi kali ini benar benar membuat dia kaget. Clara masuk rumah sakit karena ginjalnya kambuh lagi dan dia dikabarkan kritis. Memang dulu Clara pernah operasi ginjal karena ginjal satunya rusak. Jadi selama ini Clara hidup dengan 1 ginjal. Dan itu juga yang menyebabkan dia sering sakit-sakitan.
Maka sepulang sekolah, Nely langsung ke rumah sakit. Dilihatnya Clara terbaring lemah dengan wajah pucat pasi. “Clala, bangun...Maafin aku yang selama ini sudah egois. Bangun, Clala...!”, sesal Nely mengakui kesalahannya. Tiba-tiba Clara sadar, “Nel, aku sudah memaafkanmu..” “Clala, kamu sadal?” “Mbak, maaf waktu kunjungan sudah habis. Silahkan Mbak keluar”, tegur suster mengagetkan Nely. Dengan berat hati, Nely pun beranjak pergi. Dilihatnya Clara tersenyum, wajah pucatnya tidak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Nely pulang dengan sedih, sedih karena tidak bisa menemani Clara di saat seperti ini...Berapa jam kemudian, Nely mendapat kabar yang sangat tidak ia inginkan, tapi ia yakin bahwa kabar itu tidak bohong. “Apa??!! Clala tak telselamatkan??”. Jantungnya terasa berhenti berdetak.  Dan pecahlah tangis Nely saat itu juga, sedangkan Mbok Mirna hanya bisa menghibur. Bagi Nely, dunia ini terasa sepi tanpa Clara.
Esoknya, paman dan bibinya serta Mbok Mirna pergi ke luar kota. Nely tidak ikut, karena lagi “Bad Mood” katanya. Jadi dia sendirian di rumah. Malam harinya, saat akan beranjak tidur,  Nely mendengar ada yang mengetuk pintu. Dengan sedikit takut, Nely memberanikan diri untuk membukanya. Betapa kagetnya Nely, di depannya ada Clara yang sedang berdiri dan tersenyum kepadanya. “Aaa..Hantu!! Clala maafin aku..Tapi tolong jangan ganggu aku! Sana pelgi..!!”, ujar Nely ketakutan. “Hei, aku belum mati..”, balas Clara tenang. “Hah??”, Nely jadi bingung. “Yang kemarin sore meninggal itu, kakakku. Ya.. biasalah anak kembar, apa-apa selalu sama...”, kata Clara menjelaskan. “Tapi kenapa kamu gak ngasih tahu aku??” “Sebenarnya, aku sudah akan memberitahumu. Tapi sayangnya, kamu sudah musuhin aku duluan...”, jelas Clara panjang lebar. “Ya...Maafin aku ya. Selama ini aku tellalu egois! “, sesal Nely. “Iya, gak papa kok! Aku pun sudah maafin kamu.”  “Jadi sekalang kita sahabatan lagi?!”, kata Nely penuh harap. “Iya dong, Nel!” “Makasih, Clala..”, Naly kegirangan.
 “Eits! Namaku CLARA, bukan CLALA..” “Iya, Cla-ll-lr-rr-ra..” “Nah, gitu dong..!”. Mereka pun saling berpelukan. Akhirnya, mereka kembali menjadi  sepasang sahabat. Ternyata benar apa yang dikatakan Mbok Mirna, bahwa danau hitam itu adalah semua kebencian, kedengkian, kemarahan, dan sakit hati Nely kepada Clara. Tapi kini Nely sudah menguras danau itu sampai habis dan menguburnya dalam-dalam. Dan dia juga sudah berhasil mengucapkan nama “CLARA” dengan sedikit benar, walau harus berjuang keras.
“Eh..Makan yuk! Lapar nich..”, ajak Clara. “Ayo!”. Sampai di warung makan..“Bang, nasi goleng dua, es jeluk dua, ya..”, pinta Nely. “Yah...Balik lagi dech ke asalnya..”, gerutu Clara. “Inikan emang dali sono-nya!!”, Nely tak mau kalah. Mereka pun tertawa bersama. Nely....Nely....




Tips dibalik keberanian dan kekompakan penampilan Parodi The Gombal Gembel



Tips  dibalik keberanian dan kekompakan penampilan
Parodi The Gombal Gembel

Hmm.. hay semua warga Smpn 1 Sampang .. !! J pada sudah mandi beloomm ??? hah ?! belomm ??... bauuk dunkzz ... :p hehee ..
Gimana, masih ingatkah kalian dengan Parodi The Gombal Gembel yang telah menghiasi panggung pentas seni Smpn 1 Sampang setiap kali perpisahan kelas 9 .. nach kan banyak thu ya, yang nanyak nanyak .. “Eh gimana sich kok kalian bisa tampil kayak gitu ? seru, kocak abiies, dan tanpa rasa canggung .. ?”
Nach.. sekarang Lely mewakili seluruh pemain parodi mau ngejawab pertanyaan itu .. *alias mau buka rahasiia ! Sssttt ... jangan kasih tau sapa sapa yaa .. J
  # caranya ntu ...
-          Tumbuhkan rasa kekelurgaan dari semua pemain, jangan ada rasa iri atau rasa tidak suka kepada yang lain ..
-          Hiasilah hari harimu dengan tawa dan senyuman, dengan begitu rasa kekompakan akan terbangun dengan sendirinyaa
-          Usahakan alur cerita dibuat secara bersama sama dari penggabungan seluruh ide dari setiap pemain
-          Saling mengingatkan antar pemain dan membantu saat ada masalah
-          Malam hari sebelum tampil, siapkan mental dan keberanian. Sambil persipkan segala properti dan bayangkan kesuksesan yang esok kan terjadi..
-          Saat akan tampil, satukan hati kalian.. satukan tekad .. satukan jiwa kalian dalam satu kekuatan .. *kayak mau perang ajjja .. :p
-          Saat diatas panggung, kelurkan semua yang kamu bisa ! bayangkan kau adalah seorang diri dalam sebuah ruangan dan tak seorangpun melihatmu ... *pokonya puas puasin dech kalo dah diatas panggung
-          Jika sudah tampil, hiruplah udara segar ... karena pasti suatu saat nanti entah kapan .. kau akan merinduka penampilan itu lagi ... !!
Hikzz.. hikzz.. sungguh cerita yang mengharukan .. L *lebayyy
Sekian dan terima kasih # ...prok prok prok ...

Cara Membuat Jely Kulit Pisang

“Selamat pagi bapak bapak ! selamat pagi ibuk ibuk ! sekarang waktunya kita memasakk ... “ . Masih ingat kata kata itu kann ?? pastinya dunkzz ...! yupz ! sekarang Lely mau bagi bagi resep nich .. mau buat Jely Kulit Pisang ?? Hahhh ??!! Apaann thu ?? *kepo bangedttzz :o  . Makanya ... ikuti jejak sayaa ... !
JELY KULIT PISANG
Yang perlu kita sediakan .. :
-          Alat :                                                                   - Bahan :
Pisau stainlesstel                                                Kulit pisang matang 1 liter
Panci stainlesstel                                                Kulit pisang mentah 1 liter
Kompor                                                                 Air 2 liter
Garpu/sendok/ pengaduk kayu                       Sitrunzuur 1 sdm
Baskom plastik                                                    Gula putih 500-700 gram
Alat pengukur / literan / timbangan                Vanili 1 bungkus
Saringan
Telenan
Stoples
*Cuma sedikit kok alat dan bahannya ... :p hihihii ... lalu cara buatnya gimana ???
Ini dia :
-          Langkah :
·         Pilih kulit pisang yang bersih dan cukup tua baik yang matang maupun mentah
·         Cuci hingga bersih
·         Potong” dan buang bahan yang tdk dperlukan
·         Timbang sesuai kebutuhan kemudian tambahkan air bersih dan sitrunzuur
·         Rebus mendidih, angkat dan diamkan selama 12-20 jam
·         Saring pelan” jangan smpai air keruhnya terbawa
·         Air kulit pisang ditakar & harus menghasilkan sebanyak 1 liter
·         Tambah gula pasir, aduk aduk hingga larut lalu disaring
·         Rebus smpai kental & dites dgn garpu. Apabila sudah kental maka jika garpu dicelupkan akan terlihat cairan yang menempel ada garpu tsb
·         Angkat & masukkan dllm stoples, diamkan smpai kental
·         Jika sudah kental, jely siiap dihidangkan
Selesai dech .. ! and This is’t Jely Kulit Pisang ala Chef cheffan ... hehee ... Hmmm yummi !! Ennyak enyaakk ennyaakk ...

Lely's Cerpen

Okey friends ... sekarang waktunya kita mulai memposting apa yang ingin kita tuangkan ..
Tapi, enaknya apa dulu yach ??? hmm .. *berfikir ... gimana kalo kita mulai dari “original from my self” hasil karya Lely sendiri .. ?! wahh pasti asyikk thuu !! nah, sekarang Lely mau menuliskan cerpen ciptaan sendiri ... pasti penasaran kann ??!! *Ge-Er ... yaudah, yuks kita baca bersama sama !! ini diaa .... 
                            Alunan Pita Hijau            
Karya : Hoirotus Sya’baniyah Firliyanti
Ting Tong Ting Tong... Jam dinding berdentang tepat pada pukul 12 tengah malam. Segera Jessy terbangun dari tidurnya lalu berdiri depan cermin dan berkata, “ Selamat ulang tahun, Jessy!” . Ya ! hari ini tanggal 20 Oktober 2010 di mana sekarang usia Jessy genap 17 tahun. Segera Jessy menuju ruang tamu dan langsung memilih kado yang akan dia buka duluan. Suasana masih sunyi karena semua orang masih terlena dalam mimpinya masing-masing, hanya suara detak jam dinding yang menemani Jessy malam itu. Tiba-tiba terdengar sebuah alunan musik yang sangat indah dan asalnya dari....pintu depan!! Ya! Jessy pun langsung menuju ke sana dan didapatinya sebuah kado yang berhias pita hijau. Segera dipungutnya kado itu dan dibawa masuk ke kamar. Jessy seakan-akan terhipnotis oleh alunan itu dan melakukan apa yang ada di luar kesadarannya.
Keesokan harinya sebelum ke sekolah jessy menyempatkan diri untuk berziarah ke makam ayahnya. Di sana ia sempat menebar senyum kepada Pak Ujang si penjaga makam yang saat itu menyapa dirinya. Sesampainya di sekolah..” hey, Jess! Tunggu...”, panggil Irda dari belakang. Langkah Jessy terhenti dan ia menoleh ke belakang, “ Ada apa, Sob??” “Eh..ada kabar baru lho... Katanya hari ini sekolah kita akan kedatangan seorang peramal terkenal!” “Oohh.. biasa aja tuh beritanya.. Gak seru-seru amat..!”, ujar Jessy cuek. Tiba-tiba terdengar alunan indah  itu lagi. Di luar kesadarannya, Jessy langsung melotot kepada Irda dan segera berjalan ke kelas tanpa terdengar hentakan kakinya. Irda hanya bisa bingung melihat itu, ia berpikir Jessy hanya bercanda saja.
2  jam kemudian peramal yang diketahui bernama Pak Timo itu masuk ke kelas Jessy dan meramal setiap anak sambil bercanda, karena dia orangnya humoris dan sangat dekat dengan anak-anak. Tapi ketika sampai pada Jessy, muka Pak Timo kaget dan tampak tegang. Dia menatap kedua mata Jessy dalam-dalam, kemudian berkata, “ Kau terhipnotis alunan pita hijau, Jessy” “ Dari mana kau tahu namaku? Dan alunan pita hijau apa yang kau maksud??”, Jessy balik bertanya. “Pita hijau pada kado yang kau terima di hari ulang tahun mu, yang tak kau ketahui pengirimnya siapa. Alunan merdunya itulah yang  akan membawa mu ke dunia misteri di dalamnya. Karena ada seorang anak yang mengalami apa yang kau alami sekarang ini, tapi sayang dia gagal dan meninggal tanpa jelas apapun... aku hanya ingin mengingatkan, jika kau mendengar alunan itu segera tutup telinga mu. Jika kau tidak menutup telinga mu, aku tak tahu apa yang akan terjadi...” Jessy terdiam dan mencoba merenungkan, “ apa sihh yang dikatakan orang tadi, aku tidak mengerti. Tapi sebaiknya aku buktikan saja nanti...”
Sepulang sekolah, Jessy lansung ke kamar untuk melihat isi dari kado berpita hijau itu. Dan ternyata isinya....KOSONG!!!! “Apa..???” Tiba-tiba terdengar alunan musik yang memekakkan telinga, sangat parau dan menyesakkan hati. Jessy segera mengambil benda itu dan berusaha membuangnya. Tapi apa daya, alunan itu seakan-akan mematahkan usahanya , Jessy terjatuh dan pingsan. Gelaaappp.....
 Sesaat kemudian, Jessy tersadar. “Aduuhh..kepalaku.. Hah?! Ada di mana kau ini??”Jessy bingung dengan keadaan sekitarnya. “Akhirnya kamu sadar juga, Jessy” “Si..si..si..siapa kamu??” “Jangan takut Jessy, nama ku Pak Ujang, dan yang sedang duduk itu anakku, Bito. Tadi kami menemukanmu di pinggir jalan..”, jelasnya. “Pak Ujang? Bito? Ditemukan di jalan? Apa maksud semuanya??” “Sudahlah Jessy kamu tidak perlu memikirkan semua itu, untuk beberapa hari ini sebaiknya kamu tinggal di sini. Nanti kalau kamu sudah sembuh, kami akan mengantarkan mu pulang.. sekarang istirahatlah!”, kata Pak Ujang.  “Baiklah. Terima kasih, Pak” “Pak Ujang?? Sepertinya aku kenal nama dan wajah orang itu, tapi di mana ya?? Oh ya!! Dia kan penjaga makam ayah.. Tapi kenapa bisa begini??”, desah Jessy dalam hati.
Semakin hari keadaan Jessy semakin membaik dan ia pun juga semakin dekat dengan Bito. Suatu hari Jessy melihat sebuah foto keluarga di ruang tamu. Di situ ada Pak Ujang, Bito, dan seorang perempuan yang di kepalanya terdapat pita hijau. Persis dengna pita hijau yang dikenal Jessy. Tiba-tiba terdengar alunan musik, seperti alunan pita hijaunya. Dia pun segera berlari mencari Pak Ujang untuk meminta pertolongan. Tapi apa yang didapatinya, Pak Ujang dan Bito sedang memainkan biola yang merupakan asal dari alunan itu. “Ada apa, Jessy?”, tanya Pak Ujang. “A..a..a tidak. Aku hanya ingin bertanya tentang perempuan dan pita hijaunya ini..”, Jessy gugup.
Pak Ujang lalu berdiri, “ Dia adalah istriku yang telah lama meninggal dan itu adalah pita kesayangannya. Sekarang kau bermian biola saja sana. Biar aku yang mengembalikan foto ini”, Pak Ujang segera mengambil foto itu dan mengembalikannya. Jessy segera duduk di samping Bito. “Jessy, ingatlah! Sebaiknya dalam kehidupan di dunia ku ini, kau jangan pernah memilih dan memihak kepada siapapun. Karena mereka semua sama saja..” “Maksudmu apa, Bito?”, tanya Jessy sambil menatap wajah Bito yang pucat. “Kau akan mengerti sendiri nanti”
Sore menjelang petang, “Jessy...!”, panggil Pak Ujang. “Ya, Pak.” “Tolong kau temani Bito bermain ya! Sekarang malam Jumat, Bapak takut terjdi sesuatu pada Bito..” “Baiklah, Pak” Sebelum keluar Bito menyerahkan sebuah gunting kepada Jessy, “Jess, pegang ini!” lalu mereka pergi bermain. Saat hari sudah agak malam, “Bito, pulang yukk!! Sudah malam nihh..”, ajak Jessy. Bito tak menjawab, lalu ia sudah ada di depan Jessy, membelakanginya, dan berjalan pulang. Jessy hanya bisa mengikutinya dari belakang. Betapa terkejutnya Jessy, karena dilihatnya rumah Pak Ujang terbakar. Si jago merah dengan cepatnya melahap rumah sederhana itu dan Pak Ujang berdiri di depan rumah, membelakangi Jessy sambil memegang sesuatu......PITA HIJAU!!!
“Ya Allah!! Pak Ujang! Bito! Kenapa kalian diam saja??! Rumah kalian terbakar...!”, jerit Jessy. Pak Ujang dan Bito pun menoleh ke belakang. “Ya Allah! Siapa kalian???”, mata Jessy terbelalak melihat keadaan Pak Ujang dan Bito yang sangat mengenaskan. Kulitnya pucat pasi, wajahnya rusak, mata mereka merah seperti hampir keluar,baju mereka berlumuran darah dan Pak Ujang memegang pita hijau. “Hai Jessy! Apa kabar..?”, suara Pak Ujang parau.
“Jessy, apa kau mengenal pita hijau ini?? Pita hijau yang indah tapi mengerikan, karena dengan pita ini kau akan mati!! Ke sini Jessy... aku akan memasangkan pita ini di lehermu dan mengencangkannya agra kau terlihat cantik dan...MATII..!! Ha..ha..ha..” Pak Ujang dan Bito mendekatinya, “Tidaakk... pergi kalian! Aku tidak ingin mati.. pergi!!”, Jessy berjalan menjauh ke belakang, tapi sayng dia terjatuh dan tak bisa bergerak lagi. Sementara Pak Ujang sudah semakin dekat.
 “Hentikaann!!!”, teriak seorang perempuan. “Dia..dia..Dia perempuan yang ada di foto tadi! Dia istri Pak Ujang!” Keadaannya segar bugar dan terlihat seperti manusia biasa. “Jangan kau bunuh dia, Ujang! Dia bukan musuhmu. Biarkan dia ikut denganku... Ke sini Jessy, aku akan menyelamatkan mu...!”. Jessy segera berdiri dan berlari ke perempuan itu. “Mirna! Aku tak akan melepaskannya anak itu!!”, teriak Pak Ujang sembari mendekat yang seakan-akan memaksaku untuk ikut dengan Bu Mirna, tapi langkah ku seolah-olah tak bisa bergerak. Jessy menoleh kepada Bito dan Bito menggelengkan kepalanya. “Ayo lari! Jessy! Kita harus pergi! Jangan percaya pada mereka, mereka semua pembohong!”, perempuan itu menarik tangan Jessy dan  membawa langkah Jessy pergi sampai Pak Ujang dan Bito tak terlihat lagi.
Jessy dan permpuan itu terus berlari sampai esok harinya, tak ada satu katapun yang ia ucapkan. Terus begitu sampai waktu akan petang lagi. Sampai akhirnya mereka di tepi sebuah jurang dan berhenti. Di situ sudah ada seorang laki-laki dan membelakangi Jessy. “Sayang, kau sudah sampai..Dan aku bersama Jessy”, kata Bu Mirna kepada orang itu. “Oh ya??!”,jawab laki-laki itu.” Suara itu..sepertinya aku kenal..”, gumam Jessy dalam hati.  Laki-laki itu pun berbalik dan....PAK UJANG!! “Ha..ha..haa.. Akhirnya kau kembali lagi Jessy..” seketika itu Bu Mirna berubah. Keadaannya sama seperti Pak Ujang, berlumuran darah, mata mendelik, wajah hancur, dan rambutnya acak-acakan. Jessy tertunduk dan menangis, “Kau bilang tadi bahwa Pak Ujang dan Bito adalh pembohong, tapi nyatanya kau juga!!!” “Ha..ha..Jessy.. kami hanya akan menjadikan mu tumbal agar kami tetap seperti ini terus. Sama seperti anak yang telah kami bunuh setiap malam Jumat sebelumnya. Dan di dunianya, dia telah mati tanpa alasan yang jelas...”
 “Mana Bito??” “Anak itu tengah kami hukum karena dia sudah berusaha membantumu..! dan sekarang kau akan segera mati, Jessy!!!”. Pak Ujang dan Bu mirna mendekat siap untuk mencekik.“Tidaakkk...” Tiba-tiba terdengar suara, “Jessy! Rebut pita hijau itu dan potonglah dengan guntingmu..!!” “Terima kasih, Bito!” saat tangan mereka sudah dekat, segera Jessy merebut pita hijau itu dan memotongnya. “Aaaahhh... tidaaakk..!!! Jangan lakukan itu, Jessy!!!”, Pak Ujang dan istrinya mengerang kesakitan dan lenyapp... Jessy sekarang lega dan berbalik, ternyata  Bito di belakangnya. Dan Bito mendorong Jessy ke jurang. Aaaaa......!!!!!
“Jessy..Jessy..bangun, Nak! Sudah siang nih! Jangan mentang-mentang ini hari ultahmu kau bisa bangun siang..”, kata Bunda. “Hahh...?? Kenapa aku ada disini?” “Ooh..semalam kau tertidur di ruang tamu saat memilih hadiah. Jadi Kak Echa yang memindahkanmu ke sini..Ayo! kita kan mau berziarah ke makam ayah..! selamat ulang tahun ya, Nak..”, Bunda mengecup kening Jessy. “Jadi semua itu hanya mimpi.. Huft..”, Jessy melihat sekelilingnya untuk memastikan bahwa kado dengan pita hijau itu tidak ada.
Saat di makam, Jessy bertemu dengan Pak Kadir. “Hai, Jessy” “Hai, Pak. Bapak siapa?” “Kamu lupa? Saya kan penjaga makam ini sejak 6 bulan yang lalu..” “ Apa?! Tapi kemarin saya bertemu Pak Ujang, Pak!”, kata Jessy. “Ha..ha.. Pak Ujang kan 
sudah meninggal 2 tahun lalu, Jess..Dan saya yang 
menggantikannya”, jelas Pak Kadir. “Apa? 2 tahun lalu? 
Terus yang kemarin bertemu dengan ku...??”.
saat diperjalan pulang, Jessy menginjak sebuah kertas 
dan membacanya,  “Selamat ulang tahun, Jessy. By : Bito”
mata Jessy terbelalak, jantungnya berdetak kencang.
Dia masih belum percaya dengan semua ini. Kemudian
dia mendengar dari sebuah rumah, “Mama lihat!
Aku mendapat kado yang berhias pita hijau yang
cantik, Maa..!!” Langkah Jessy terhenti, dalam hati ia
berkata, “Semoga Bito masih mau membantu anak itu..”, Jessy
kemudian pulang. Entah bagaimana nasib anak itu....